Monday, 21 November 2016

The Old Legend part 2

#Kejutan di Siang Hari
            “Korce, lagi-lagi kau harus turuti apa yang aku perintahkan oke” muka yang bersahabat itu muncul juga. Muka yang penuh dengan perasaan menganyomi layaknya seorang bapak kepada anaknya tercinta. “aku tidak marah, santai saja, asalkan ketika aku suruh, kau langsung turuti saja, contoh itu HJK, dia tanpa banyak bicara, langsung mengikuti apa yang aku suruh”. HJK nampak tersenyum melihat namanya dibandingkan dengan kakaknya.
            Korce lagi-lagi melipat mukanya, ia tak tahu harus ditaruh dimana mukanya tersebut. Sudah disindir, disudutkan, dibandingkan lagi. “ya, ya nanti aku tidak akan mengulanginya lagi”. HJK hanya tersenyum melihat Korce disudutkan oleh Luvius.
            Senyum persahabatan kembali terpancar dari muka Luvius, dia menegak beberapa tegukan minuman yang dia pesannya. Perjalanan jauh telah membuat 3 bersaudara ini kelelahan. “sebelum kita melanjutkan perjalanan, aku mau bercerita terlebih dahulu, oke, kalian pasti mau mendengarnya?”. Senyum-senyuman licik itu merupakan tawaran dari Luvius untuk kedua saudaranya. Korce masih saja terlihat masam mendengarnya, dia hanya menatap minuman yang ia pesan, segelas jeruk dingin dengan es yang hampir memenuhi setengah gelas. Entah karena sudah merasa dipojokkan oleh Luvius, atau memang merasa tidak peduli. Raut muka yang berbeda ditunjukkan oleh HJK, ia bersemangat ingin mendengarkan cerita sang kakak. Wajah kekanak-kanakannya selalu saja membuat perjalanan berat ini terasa ringan.
            “sepertinya Korce tak mendengar ceritanya, ya sudah sekarang kita lanjutkan perjalanannya”. Kali ini senyuman licik itu pun tampak lebih licik lagi. HJK langsung mengaduh dan langsung memberikan isyarat kepada Korce

Saturday, 19 November 2016

The Old Legend

#Prolog
            Semua orang pasti tahu yang namanya legenda tua tersebut, tak bisa dipungkiri lagi. Secara fakta jelas, legenda tua tersebut lebih banyak dibincangkan oleh kebanyakan orang daripada aksi para petarung di arena pertarungan, bahkan tak kalah hebohnya dengan berita lengsernya suatu pemimpin Negara akibat skandal apa pun itu macamnya. Banyak orang tak habis pikir, kenapa legenda tua tersebut dapat terjadi, apakah itu hanyalah takdir yang sudah digariskan, atau bahkan telah di rencanakan sebelumnya. Tak banyak orang yang tahu tentang kebenarannya tersebut, tapi yang jelas, itu semua membuat kami tidak bisa hidup seperti kebanyakan orang.
            Ayah kami hampir tak pernah menemui kami atau lebih tepatnya lagi kami tak akan pernah bertemu dengan ayah kami. Sementara ibu kami, jangan harap dia bisa bersama dengan kami, bertemu saja tidak pernah. Kami adalah 3 bersaudara. Aku adalah anak kedua, Korce, banyak orang yang menyebutnya seperti itu. Bahkan aku sendiri tak tahu namaku yang sebenarnya. Luvius, penganyom kami berdua. Dengan tubuhnya yang cukup berisi, tampaknya pantas menjadikan dia sebagai “pelindung” aku dan adikku. Sementara yang selalu membuat